Penulis : Hara Hope*

Dapatkah seseorang mencinta hanya karena sepotong mimpi? Mustahil. Namun, adikku semata wayang mengalaminya – setidaknya itu yang diakuinya.

Gadis yang dicintainya adalah Lala, adik sepupunya sendiri. Wajar, bukan? Bahkan, menjadi halal saat kedua orang tuaku kemudian berpikir untuk meminangnya.

Semua berawal dari penuturan Jamal. Ia bilang, ia memimpikan Lala sebagai gadis yang diperkenalkan Ibu kepadanya sebagai calon istrinya.

“Kami sudah saling mengenal, Bu,” kata Jamal dalam mimpi itu dengan malu-malu. Gadis itu pun mengangguk dengan senyum malu-malu pula.

Sebenarnya Jamal tidak terlalu meyakini gadis itu adalah Lala. Wajahnya samar terlihat. Namun, Jamal merasakan aura gadis itu cukuplah ia kenal. Hebatnya, ini diperkuat oleh ayah kami. Di malam yang sama, beliau bermimpi tentang Jamal yang duduk di kursi pelaminan bersama Lala! Apakah ini pertanda? Entah. Hanya saja, sejak itu aku merasakan pandangan Jamal terhadap Lala berubah.

Mereka sebenarnya teman bermain di waktu kecil, namun tak pernah bertemu lagi sejak remaja. Keluarga Lala tinggal jauh di Surabaya, sementara kami di Jakarta. Kami jarang berkumpul, bahkan saat lebaran, sehingga kenangan yang dimiliki Jamal tentang Lala adalah kenangan di masa kecil dulu sebagai abang yang kasih kepada adiknya. Kasih dimana sama sekali tak terpikirkan untuk memandang Lala sebagai gadis yang pantas dicintai, bahkan halal dinikahi. Namun, mimpi itu mampu menyulap semuanya menjadi…cinta (?).

Mari katakan aku terlalu cepat menyimpulkan sebagai cinta. Barangkali saja itu hanya pelangi yang tak kunjung sirna mengusik relung hati adikku. Pelangi yang mampu merubahnya menjadi sok melankolis hingga membuat kami sekeluarga khawatir melihat ia kerap termenung menatap kejauhan, untuk kemudian mendesah perlahan.

“Mungkin kau harus menemuinya di Surabaya,” kata Ibu.

”Rasanya tak usah, Bu. Masak hanya karena bunga tidur aku menemuinya,” jawab Jamal.

”Barangkali saja itu pertanda.”

”Bahwa Lala jodoh saya?”

”Bukan. Bahwa sudah lama kau tak mengunjungi mereka untuk bersilaturahmi. Biar nanti Mbakmu dan suaminya yang menemanimu kesana.”

Jamal tertegun sejenak untuk kemudian mengangguk.

Wah, pintar sekali Ibu membujuk. Padahal tanpa sepengetahuan adikku yang pendiam itu, Ibu menyerahi kami tugas untuk ”meminang” Lala. Ibu betul-betul yakin mimpi itu sebagai pertanda sehingga memintaku menanyakan kepada Lala tentang kemungkinan kesediaannya dipersunting Jamal.

”Kenapa tidak minta langsung saja pada Paklik? Biar mereka dijodohkan saja,” kataku waktu itu.

”Ah, adikmu itu takkan mau.”

”Tapi…”

”Sudahlah. Ibu tahu Jamal belum terlalu dewasa. Kuliah saja belum selesai. Tapi setidaknya ia memiliki penghasilan dari usaha sambilannya berdagang, ‘kan?”

“Bukan itu maksudku. Apa Ibu yakin Jamal mau dengan Lala? Barangkali saja mimpinya hanya romantisme sesaat.”

Ibu tercenung. Aku yakin Ibu belum memastikan ini. Yang beliau tahu hanya Jamal yang bertingkah aneh. Itu saja. Selebihnya ia perkirakan sendiri. Sepertinya justru Ibulah yang ngebet ingin meminang Lala.

”Kupercayakan semua itu padamu.”

Walah! Berarti tugasku berlipat-lipat! Selain memastikan kesediaan Lala, aku pun harus memastikan perasaan adikku sendiri.

***

Ia diam. Sudah kuduga reaksinya begitu jika kutanyakan tentang kemungkinan perjodohannya dengan Lala.

“Kamu mencintainya?” Aku mengganti pertanyaan. Kali ini Jamal malah terkekeh.

”Mungkin… Entahlah. Rasanya tak wajar.”

Tentu saja tak wajar! Bagiku, mencinta karena sepotong mimpi hanya omong kosong. Lagi pula Jamal tak tahu seperti apa wajah dan kepribadian Lala dewasa ini. Aku pun tak tahu.

“Santai saja, Mal. Tak usah dipikirkan. Yang penting kita tiba dulu di sana,” kata Bang Rohim, suamiku.

***

Setiba di Surabaya, kami disambut keluarga Lala hangat.

”Wah, iki Jamal tho? Oala, wis gedhe yo?!” ucap Bulik.

Jamal hanya tersenyum. Apalagi saat pipi gendutnya dijawil Bulik seperti saat ia kanak-kanak dulu.

”Mana Lala, Bulik?” tanyaku saat tak mendapati anak semata wayangnya itu.

”Ada di dapur. Sedang bikin wedhang.”

Aku segera ke dapur. Aku sungguh penasaran seperti apa Lala sekarang. Kulihat seorang gadis di sana. Subhanalah, cantiknya! Ia mencium tanganku. Hmm, santun pula. Cukup pantas untuk Jamal. Tapi, aku harus menahan diri. Kata Bang Rohim, butuh pendekatan persuasif untuk menjalankan misi ini. Aku tak yakin aku bisa sehingga menyerahkan sepenuhnya skenario kepadanya.

Tak banyak yang dilakukan Bang Rohim selain meminta Lala menjadi guide setiap kami bertiga pergi ke pusat kota. Ia melarangku membicarakan soal perjodohan, pernikahan, pinangan atau apapun istilahnya kepada Lala. Katanya, kendati kami keluarga dekat, sudah lama kami tidak saling bersua. Bisa saja Lala memandang kami sebagai ”orang asing”. Upaya melancong bersama ini demi untuk mengakrabkan kembali Jamal, Lala dan aku. Kiranya ini dapat memudahkanku saat mengutarakan maksud kedatangan kami sesungguhnya nanti.

Malam ini saat dimana aku diperbolehkan suamiku mengungkapkan semuanya kepada Lala. Seharusnya memang begitu. Tapi Jamal mendahuluiku. Tak kusangka ia serius dengan perasaannya. Ia utarakan semuanya. Tentang mimpinya, tentang jatuh cinta, bahkan tentang pinangan.

“Mungkin Dik Lala menganggap ini konyol. Abang juga merasa begitu. Tapi, setidaknya sekarang Abang yakin dengan perasaan Abang. Jadi, mau tidak kalau Lala Abang lamar?”

Bukan manusia kalau Lala tidak kaget ditembak seperti itu. Ia tampak galau. Seperti aku dulu. Sayang Lala tak merespon seperti aku merespon pinangan Bang Rohim dulu.

“Maaf, Mas. Aku terlanjur menganggapmu sebagai kakak. Rasanya sulit untuk merubahnya.”

Berakhirlah. Sampai di sini saja perjuangan kami di Surabaya. Jamal tersenyum mengerti, namun kuyakini hatinya kecewa. Cintanya yang magis tak berakhir manis. Kami pulang ke Jakarta dengan penolakan.

Sejak hari itu, Jamal tak terlihat lagi melankolis. Ia kembali sibuk dalam aktivitasnya. Adikku itu benar-benar hebat. Kendati patah hati, ia tak mau larut dalam perasaannya. Bahkan, belakangan aku tahu ia belum menyerah. Setidaknya penolakan itu berhasil mengakrabkan kembali Jamal dengan Lala. Mereka berdua kerap berkirim SMS sekedar menanyakan kabar ataupun saling bercerita. Jamal betul-betul memandang ini sebagai peluang untuk mengubah pandangan Lala terhadapnya.

Waktu kian berganti hingga masa dimana Jamal mengutarakan lagi keinginannya itu. Sayang ditolak lagi. Begitu berulang hingga tiga kali.

Ayah dan Ibu prihatin melihatnya. Mereka tak bisa berbuat banyak. Keinginan mereka untuk menjodohkan saja keduanya Jamal tolak.

”Syarat orang yang menjadi calon istriku, haruslah tulus ikhlas menjadi pendampingku. Atas kemauannya sendiri, bukan pihak lain!” Begitu alasannya selalu.

Terserahlah apa katanya. Tapi ini sudah menginjak tahun kelima Jamal memelihara cinta tak kesampaian ini. Usianya kian mendekati kepala tiga. Cukup mengherankan ia tetap memeliharanya terus. Rasanya tak layak cinta itu dipelihara terus. Ia harus diberangus. Lala bukanlah gadis terakhir yang hidup di dunia. Untuk itu Ibu, Ayah dan aku kongkalikong untuk membunuh cinta Jamal. Sudah saatnya ia mempertimbangkan gadis-gadis lain. Kebetulan ada yang mau. Pak Haji Abdullah sejak lama ingin bermenantukan Jamal dan menyandingkannya dengan Azisa, anak sulungnya. Kami susun perjodohan tanpa sepengetahuan Jamal. Lantas, kami sekeluarga berusaha ”menghasut” Jamal untuk memperhitungkan keberadaan Azisa, temannya sejak SMU itu.

Alhamdulillah berhasil. Hati Jamal mulai terbuka untuk Azisa sehingga saat Pak Haji Abdullah meminta dirinya menjadi menantu, ia tak punya lagi pilihan selain mengiyakan.

***

Kesediaan Jamal memang sudah didapat, namun anehnya ia tak kunjung juga menentukan tanggal pernikahan. Kali ini naluriku sebagai kakak turut bermain. Rasanya Jamal tengah menghadapi masalah yang tak dapat dibaginya kepada siapapun, termasuk Azisa. Saatnya aku menjadi kakak yang baik untuknya.

”Entahlah, Mbak. Rasanya aku tak siap untuk menikah.”

Mataku terbelalak saat Jamal mengutarakan penyebabnya.

”Apa pasal?” tanyaku agak jeri. Aku tak berani membayangkan jika Jamal tiba-tiba membatalkan perjodohan. Keluarga kami bisa menanggung malu!

”Rasanya Azisa bukan jodohku.”

Aku semakin terkesiap. Aku mulai menduga-duga arah pembicaraannya.

”Lala-kah?” tanyaku. Jamal mengangguk pelan, namun pasti.

”Sebenarnya mimpi tempo hari itu tak sekonyong datang. Aku memintanya kepada Tuhan. Aku meminta Dia memberikan petunjuk tentang jodohku kelak. Dan yang muncul ternyata Lala!”

Aku kembali terdiam. Aku benar-benar payah. Sudah setua ini, masih saja tak dapat menjadi kakak yang baik buat Jamal. Aku bingung harus menanggapi bagaimana.

”Maafkan jika selama ini Mbak tak bisa menjadi kakak yang baik, Mal. Bahkan untuk masalahmu satu ini pun Mbak tak bisa menjawab. Hanya saja, kita tak akan pernah benar-benar tahu apa yang kita yakini benar itu sebagai kebenaran, Mal. Termasuk mimpimu. Mbak tidak tahu lagi harus menganggapnya omong kosong ataukah benar-benar pertanda. Kalaulah mimpi itu pertanda, pasti banyak sekali maknanya.”

”Kamu memaknainya sebagai cinta dan jodoh, Ibu memaknainya sebagai silaturahmi dan Ayah memaknainya sebagai tipikal istri ideal bagimu. Bukankah Azisa pun tak berbeda jauh dengan Lala? Mimpi itu nisbi, Mal.”

Jamal hanya mendesah pelan sambil memandang kejauhan. Mukanya masam. Mungkin tak menghendaki aku bersikap tak mendukungnya.

”Mungkin,” lanjutku, ”ini hanya masalah cinta saja. Mungkin hatimu masih hidup dalam bayangan Lala dan tak pernah sekali pun memberi kesempatan untuk dimasuki Azisa. Kau hidup di kehidupan nyata, Mal. Sampai kapan akan menjadi pemimpi?!”

Aku tersentak oleh ucapanku sendiri. Tak kuduga akan mengucapkan ini. Bukan apa-apa. Beberapa waktu lalu kami mendengar kabar Lala menerima pinangan seseorang. Kendati menyerah, aku yakin Jamal masih memiliki cinta untuk Lala. Ia pasti sakit. Aku betul-betul kakak yang tak peka. Aku menyesal. Aku peluk Jamal, menangis sesal.

Jamal turut menangis. Isaknya berenergi kekesalan, kekecewaan, kesepian, keputus-asa-an, bahkan kesepian. Aku terenyuh. Betapa ia menderita selama ini.

“Besok kita batalkan saja perjodohan dengan Azisa, Mal. Itu lebih baik ketimbang kau tak ikhlas menjalaninya nanti. Itu katamu tentang pernikahan, ‘kan? Kita bicarakan dulu dengan Ayah dan Ibu.”

Kupikir ini yang terbaik. Tak bijak rasanya tetap berkeras melangsungkan perjodohan di saat Jamal rapuh begini. Di saat Jamal terluka dan bimbang pada perasaannya. Biarlah keluarga kami menanggung malu bersama.

“Tidak. Kita teruskan saja. Aku ikhlas menjalani sisa hidupku bersama Azisa. Mungkin aku hanya membutuhkan sedikit menangis saja. Aku pergi dulu ke rumah Pak Haji untuk membicarakan ini. Assalamu’alaikum.”

Kutatap kepergian Jamal dengan perasaan tak tentu. Kalau diingat semua ini terjadi karena mimpi. Ya, Allah apakah benar mimpi itu pertanda-Mu? Jikalau benar kenapa sulit sekali terrealisasi? Jika pun tidak benar kenapa banyak orang mempercayai?

Aku terpekur. Maafkan aku adikku. Aku hanyalah insan, yang tak mampu menerjemahkan segala misteri-Nya, bahkan yang tersurat sekalipun. Aku hanya berusaha. Dia tetap yang menentukan. Maafkan aku.

* Juara Harapan IV Lomba Menulis Cerpen Ummi 2004.

Sumber : Majalah Ummi, No. 12/XVI April 2005/1426 H

Macam mana kita nak buat kalau bila kita call dia je kan, dia tak angkat. Lagi-lagi masa tu dia tengah merajuk dengan kita. Dah berkali-kali ni kita call, dia tak nak angkat jugak. So apa yang perlu kita lakukan.

1. Berikan dia masa untuk bertenang. Selalunya orang yang merajuk ni memang payah nak pujuk. Habis jenuh kita call pun tak guna. So lebih baik berikan dia masa untuk dia rileks dan tenangkan perasaan dia.

2. Hantarkan mesej-mesej pujukan manja supaya hati dia akan lembut semula. Memang dia tidak angkat call kita tetapi dia mesti akan baca mesej-mesej yang kita bagi punya.

3. Ucapkan kata-kata maaf bahawa memang diri kita yang salah. Selalunya dia tak angkat call disebabkan dia merajuk atau tidak suka dengan perbuatan kita. Oleh itu, minta maaf lah dengan dia. Tak salahkan kalau kita nak mohon maaf?

4. Kalau dia tak angkat jugak, maybe dia ada masalah atau ada kerja yang perlu diselesaikan dan tak sempat untuk bagitahu kita. So berikan la dia masa untuk dia menyelesaikan kerja-kerja dia. Kalau boleh, hantar la mesej cakap yang kita nak temankan dia buat kerja sama-sama. D

5. Untuk yang no 5 ni saya nak anda pulak berikan tips-tips bagaimana nak buat kalau dia tak jawab call. Sila la berikan tips anda melalui komen di bawah ini.

ps: Tapi kalau dia off telefon, kita janganlah berputus asa. Tunjukkan bahawa kita memang sayang dan cinta pada dia.

Sumber : http://www.tentangcinta.com/”Tentang Cinta

Anda mungkin tidak mempercayainya, tapi merupakan nasihat yang baik untuk dibaca!
Anda mungkin mempelajari sesuatu jika membacanya!!!PERTAMA.
Bersedekahlah kepada orang lain lebih daripada yang mereka perlukan dan lakukanlah dengan penuh kerelaan.

KEDUA.
Kahwinilah lelaki / wanita yang gemar anda berbicara dengannya, kerana kemahiran berbicara antara satu dengan lain akan menjadi lebih penting pabila usia semakin tua.

KETIGA.
Usahlah mempercayai segala perkara yang anda dengari. Berbelanjalah sekadar apa yang ada atau tidurlah seberapa lama yang anda perlu

KEEMPAT.
Apabila kamu berkata, ” Aku Cinta Padamu”, maka tunaikanlah.

KELIMA.
Pabila mengatakan, “Maaf”, tenunglah matanya.

KEENAM.
Bertunanglah sekurang-kurangnya enam bulan sebelum kamu diijabkabulkan.

KETUJUH.
Percayailah cinta pandang pertama.

KELAPAN.
Usah tertawakan impian orang lain. Manusia tanpa impian tidak memiliki apa-apa.

KESEMBILAN.
Cintailah seseorang dengan sepenuh hati dan penuh kasih sayang. Sungguhpun anda akan berasa seolah-olah diri anda tersiksa, tapi percayalah itulah satu-satunya untuk melengkapkan kehidupan ini.

KESEPULUH.
Jika berlaku perselisihan pendapat, bertengkarlah secara aman. Usahlah menyebut nama sesiapa ketika bertengkar.

KESEBELAS.
Usahlah menilai seseorang berdasarkan peribadi keluarga mereka.

KEDUABELAS.
Berbicaralah dengan tenang dan berfikirlah dengan pantas.

KETIGABELAS.
Apabila seseorang bertanyakan satu soalan yang tidak anda gemari, lontarkanlah senyuman dan bertanyalah padanya,”Kenapa anda ingin tahu?”

KEEMPATBELAS.
Ingatlah bahawa setiap cinta dan pencapaian yang besar akan melibatkan pengorbanan dan risiko yang besar.

KELIMABELAS.
Ucaplah “Semoga anda diberkati” apabila mendengar seseorang bersin.

KEENAMBELAS.
Apabila anda kerugian, janganlah jadi kurang ajar.

KETUJUHBELAS.
Berpeganglah kepada tiga R:
* Rasa hormat pada diri sendiri;
* Rasa hormat kepada orang lain;
* Rasa tanggungjawab terhadap semua tindakan anda

KELAPANBELAS.
Usahlah benarkan pertikaian yang sebesar hama merosakkan sebuah persahabatan yang besar.

KESEMBILANBELAS.
Apabila menyedari bahawa anda telah melakukan kesalahan, usahlah berlengah untuk perbetulkan kesalahan itu.

KEDUAPULUH.
Tersenyumlah ketika menjawab telefon. Pemanggil akan melihatnya daripada suara yang mereka dengar.

KEDUAPULUH SATU
Ada ketikanya anda perlu bersendirian

Sumber: Isu Hangat

Mempercayai seseorang bukanlah mudah sebenarnya. Jika baru mengenalinya tentu perasaan sangsi akan timbul dari sanubari. Ada juga yang sudah lama mengenali tapi masih juga belum mempercayai. Dalam satu perhubungan, tidak wajar sekiranya kamu masih tidak ada kepercayaan terhadap si dia. Walaupun mungkin kamu tidak akan mempercayai si dia seratus peratus, tapi tak salah kalau kamu meletakkan anggaran dibawah 70 peratus keyakinan kamu terhadapnya. Tapi mudahkah kamu melakarkan kepercayaan terhadap si dia? Sebenarnya ada faktor-faktor yang boleh menimbulkan kepercayaan.

Faktor 1 – Konsisten
Kamu mempercayai apa yang dilihat dan didengar tanpa syak wasangka. Bagi kamu apa yang dibicarakan tidak perlu disangsi kerana ianya ada kebenaran serta boleh mendatangkan kebaikan dalam perhubungan kamu. Tapi berhati-hatilah kerana mungkin dengan cara ini si dia boleh ‘menjerat’ kamu. Siapa tahukan!

Faktor 2 – Boleh dikawal
Perkara-perkara yang bagi kamu adalah konsisten membuatkan kamu boleh menganggap adakah si dia boleh dikawal ataupun tidak. Contohnya, si dia akan datang tepat pada waktu yang dijanjikan dan boleh menerima pendapat kamu. Maknanya kamu boleh ‘mengawal’ dirinya dari melakukan perkara yang tidak kamu sukai. Bukanlah bermakna kamu boleh mengongkongnya tetapi jika si dia menuruti kehendak kamu ini bermakna si dia mempercayai kamu dan tidak ragu-ragu dengan cara kamu.

Faktor 3 – Komitmen
Komitmen bukanlah sekadar menepati janji, tapi juga menghargai perjanjian yang telah dipersetujui bersama. Jika kamu ataupun si dia berani berkomitmen dan bersungguh-sungguh dalam perhubungan , tentu saja perhubungan kamu ceria dan aman. Sikap saling mempercayai yang wujud dalam diri masing-masing akan mewarnai lagi perhubungan kamu itu. Malah ianya akan membuatkan si dia lebih yakin dengan kejujuran kamu terhadapnya. Jadi tiada alasan untuk si dia berlaku curang terhadap kamu.

Faktor 4 – Kejujuran
Kejujuran memang perlu untuk menjamin sebuah perhubungan yang bahagia. Kamu juga tidak patut menyembunyikan perkara-perkara yang sepatutnya diketahuinya. Jika kamu dan si dia jujur , ini membolehkan kamu berdua tidak takut untuk berbahas kerana berpendapat ianya juga untuk kebaikan bersama. Walaupun adakalanya tercetus pertengkaran kecil kerana masing-masing ingin mengutarakan pendapat sendiri, tetapi akhirnya mengambil keputusan untuk memilih pendapat yang terbaik demi menjamin perhubungan yang stabil.

Faktor 5 – Terima seada-adanya
Kunci keintiman dalam suatu perhubungan adalah menerima seadanya baik buruk pasangan kamu. Bila hati sudah suka dan sayang, tentu saja kamu sanggup menerimanya walaupun menyedari tentunya ada perkara-perkara negatif tentangnya. Namun begitu, tentunya kamu dan si dia berusaha untuk berubah jika terdapat sikap-sikap yang tidak disenangi hingga boleh menjejaskan perhubungan. Usaha kamu dan si dia ini menampakkan kesungguhan yang amat ketara demi menjamin perhubungan.

Faktor 6 – Perlu dimengertikan
Sebahagian besar individu menginginkan pasangan yang tidak hanya mendengar pendapat sebelah pihak. Malah harus bijak mengutarakan pendapat sendiri. Kamu juga tentunya berharap agar si dia mengerti tentang pandangan kamu terhadap pelbagai perkara. Jika tidak, mungkin perhubungan hanya mendatar saja. Bukan itu saja, kemarahan juga boleh timbul ekoran perasaan yang tidak dimengertikan dan menganggap diri kamu tidak dihargainya.

Faktor 7 – Simpati
Simpati adalah usaha untuk memberikan pengertian yang lebih mendalam, seakan berusaha menempatkan diri kita di dalam emosi si dia. Sebenarnya tidak mudah melakukan perkara ini. Tapi bila dapat menimbulkan simpati, kebanyakan pasangan mampu mengatasi perkara-perkara yang boleh menimbulkan pertengkaran dan perselisihan pendapat kerana memahami sesuatu yang boleh mengganggu hubungan.

Faktor 8 – Diyakini
Bila rasa yakin, kamu boleh memberi pandangan bersama si dia. Baik dalam hal-hal remeh temeh hinggakan ke perkara yang serius. Kamu akan merasa si dia bukan saja mendengar malah akan menyimpan rahsia kamu. Apa yang penting kamu juga harus mengetahui dan berkeyakinan adakah si dia memang boleh menyimpan rahsia ataupun tidak!

Faktor 9 – Perbezaan pendapat
Memanglah tak dapat lari dari perbezaan pendapat antara kamu dan si dia. Mereka yang berusaha terlalu keras untuk menyangkal atau takut mengakui bahawa dirinya berbeza pendapat dengan pasangannya selalunya seorang yang tidak berani menghadapi kenyataan. Tak mungkin akan selalu sama pendapat sebaliknya mampu berkompromi untuk menunjukkan kedewasaan masing-masing.

Faktor 10 – Elakkan dendam
Cinta sejati akan diwarnai oleh pengertian dan rasa untuk dimaafkan. Kerana dendam boleh menjadi punca kehancuran sesebuah perhubungan. Walaupun pernah dilukai, namun perasaan dendam ataupun membalas balik mungkin tidak akan terlintas dalam fikiran. Bagi diri kamu, mungkin berdendam bukanlah jalan penyelesaian yang terbaik malah ianya akan memburukkan lagi keadaan. Oleh sebab itulah kemaafan adalah perkara yang terbaik untuk menjernihkan suasana.

Faktor 11 – Berfikiran terbuka
Banyak pasangan merasakan tidak perlu untuk mengungkapkan secara lisan apa yang ada dibenaknya. Walaupun hakikatnya perkara itu sangat penting dan perlu disampaikan secepat mungkin bagi menggelakkan perkara yang tidak diingini akan berlaku. Oleh sebab itulah, jalan yang terbaik ialah setiap individu harus berfikiran terbuka. Bukannya harus menerima pendapatnya tanpa perlu berfikri panjang sebaliknya kita harus mendengarnya dahulu dan barulah membuat keputusan. Tak semestinya apa yang dikatakan tidak elok begitu juga sebaliknya.

Faktor 12 – Tulus dan jujur
Ketulusan dan kejujuran memainkan peranan yang penting dalam sesebuah perhubungan. Bukan saja dari segi perbuatan malah juga percakapan. Apa yang ingin disampaikan haruslah dengan niat sejujur yang mungkin dan bukanlah hanya untuk melindungi kesilapan. Pilihlah kata-kata yang sedap didengar dan senang dimengertikan. Melalui komunikasi, kita juga boleh ‘menangkap’ adakah si dia jujur dan tulus ataupun sebaliknya.

Faktor 13 – Tak selalu didampingi
Bukan semua orang sukakan kekasihnya sentiasa disisi. Ada juga yang inginkan sedikit kebebasan dan asal bijak mengawal diri itu sudah cukup memadai. Apa yang penting, jika si dia tidak menemani kamu, jangan pula berfikir yang bukan-bukan dan mulalah menganggap yang si dia sengaja mahu mengabaikan kamu. Singkirkan perasaan ini kerana ini bukanlah niatnya sebaliknya ingin memberikan kamu sedikit ruang untuk menjalani aktiviti sendiri.

Faktor 14 – Jauh di mata dekat di hati
Saat terpisah dek jarak yang jauh sebenarnya banyak mengajar kita erti rindu yang sebenar. Walaupun tempohnya agak lama, haruslah mempercayai jarak dan waktu tersebut tidak akan memisahkan diri kamu dan si dia. Perasaan ini harus wujud walaupun tidak selalu dapat bersua namun perasaan saling merindu dan menyayangi akan menguatkan lagi perhubungan kamu itu. Apapun teguhkan hati dan pendirian kamu bahawa hanya cinta si dia sahaja yang bertakhta di hati.

Faktor 15 – Persamaan
Persamaan antara kamu berdua akan menguatkan lagi rasa cinta bila masing-masing yakin bahawa hubungan itu diimbangkan dengan prioriti utama. Jangan hanya mementingkan hak seorang diri saja dan haruslah mengambil berat tentang kedua belah pihak. Sebenarnya kamu berdua saling memerlukan antara satu sama lain untuk memastikan keseimbangan dalam perhubungan.

Faktor 16 – Tak saling menyalahkan
Tak selalu hubungan yang terjalin berjalan lancar dan adakalanya ia akan ‘bergegar’ jua. Hubungan cinta yang lancar haruslah tidak dilandasi sikap saling menyalahkan. Apa yang terjadi merupakan interaksi dari dua pihak yang memiliki kebebasan mengeluarkan pendapat dan keinginan yng berbeza. Menyalahkan antara satu sama lain bukanlah boleh menyelesaikan masalah sebaliknya akan menjejaskan lagi hubungan. Keegoan mungkinlah penyebab mengapa kamu dan si dia saling menyalahkan antara satu sama lain.

Faktor 17 – Hormat-menghormati
Saling hormat-menghormati adalah dasar perhubungan yang positif. Kamu harus menghormati si dia dan begitu juga sebaliknya. Tapi jangan kerana terlalu menghormatinya hinggakan kamu berasa amat segan dengannya. Ini akan mendorong rasa malu dan segan untuk meluahkan apa yang kamu pendamkan dan membuatkan hubungan kamu sukar untuk berkembang. Oleh sebab itulah kamu perlu membatasi rasa hormat dan segan terhadap si dia.

Faktor 18 – Penghargaan
Tidak salah sekiranya kamu menghargai si dia. Bukannya hendak menyanjung tinggi ataupun terlalu memuja dirinya. Tetapi biarlah sekadar si dia tahu yang kamu amat mengharagi kasih dan dirinya. Caranya? Emmm… hanya kamu saja yang tahu bagaimana kerana lain orang lainlah caranya. Apapun kalau kamu memang sayangkannya, jangan segan silu untuk menunjukkan perasaan kamu serta jangan lupa harga perasaan dan dirinya.

Faktor 19 – Bukan materialistik
Bayangkanlah kalau kamu seorang yang materialistik? Mesti kekasih kamu ‘pokai’ dibuatnya. Mana taknya kalau kamu minta yang bukan-bukan. Dalam perhubungan, jangan sesekali kamu menjadikan wang sebagai punca utama mengapa kamu memilih si dia. Jika ianya terjadi, hubungan kamu mungkin sukar bertahan lama dan membuatkan si dia akan berprasangka terhadap kamu.

Faktor 20 – Perancangan bersama
Manusia hanya mampu merancang tapi Tuhan yang menentukan segalanya. Tapi ada bagusnya kalau kamu dan si dia merancang sesuatu untuk menjamin kebahagian. Tentunya kamu sendiri inginkan yang terbaik demi masa depan bersama. Bukan mudah untuk mencipta kebahagiaan dan mengecapi kegemilangan dalam perhubungan. Pastinya semua mengimpikan sesuatu yang indah dalam perhubungan. Begitu juga kamu bukan? Apa perancangan kamu agaknya ye?

Sumber: Sharing is Caring